Senin, 04 Februari 2013

Analisa Saham Produsen Keramik Indonesia ARNA (PT.Arwana Citramulia Tbk.), KIAS (PT.Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.), MLIA (PT.Mulia Industrindo Tbk.)

Dampak positif booming sektor properti pasca 2008 dialami oleh beberapa produsen keramik di Indonesia. Alasannya sederhana, setiap produk properti pasti membutuhkan produk keramik diantaranya lantai, dinding, kamar mandi, dan sebagainya. Dari sisi finansial, indikator dilihat pada tumbuhnya laba bersih tiap tahun. Menganalisa produsen keramik dapat dilakukan dengan membandingkan indikator finansial perusahaan dalam satu sektor. Dalam situs salah satu sekuritas, termasuk dalam kategori ini diantaranya ARNA (PT.Arwana Citramulia Tbk.), AMFG (PT.Asahimas Flat Glass Tbk.), TOTO (PT.Surya Toto Indonesia Tbk.), MLIA (PT.Mulia Industrindo Tbk.), IKAI (PT.Intikeramik Alamasri Industri Tbk.) dan KIAS (PT.Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.).

Analisa Saham Produsen Keramik Indonesia ARNA (PT.Arwana Citramulia Tbk.), KIAS (PT.Keramika Indonesia Assosiasi Tbk.), MLIA (PT.Mulia Industrindo Tbk.)

Agar diperoleh analisa lebih spesifik, penulis melakukan kunjungan pada situs emiten-emiten tersebut, hasilnya diperoleh kesimpulan hanya ada tiga perusahaan  produsen keramik yaitu  ARNA, KIAS dan MLIA. Diantara ketiga produsen tersebut, manakah yang lebih unggul secara finansial dan mana juga yang memiliki prospek bagus kedepannya? Berikut ini ulasannya.

Berikut kutipan indikator finansial perusahaan diatas.
Perbandingan Margin Produsen Keramik Indonesia, ARNA-KIAS-MLIA (sumber: ft.com, diolah)

Rasio margin ARNA terbaik dibandingkan dua pesaing lain, hal ini terlihat dari biaya produksi paling rendah dibarengi perolehan net profit margin paling tinggi untuk tiap rupiah revenue yang dihasilkan.

Indikator ROE dan Aset Turnover Produsen Keramik Indonesia, ARNA-KIAS-MLIA (sumber: ft.com, diolah)

Rasio Opex Produsen Keramik Indonesia, ARNA-KIAS-MLIA (sumber: ft.com, diolah)

Pada tahun 2012, untuk setiap rupiah modal ekuitas, ARNA membutuhkan waktu pengembalian kurang lebih 3,6 tahun. Jauh dibandingkan kedua pesaingnya. Sebenarnya pada 2009 ARNA dan KIAS memiliki ROE berimbang, rasio ini selaras dengan booming awal sektor properti. Namun demikian KIAS kurang mampu mempertahankan laba bersih sehingga nilai ROE KIAS menjadi turun. Pada 2012, rendahnya ROE KIAS disebabkan perusahaan melakukan right issue untuk melunasi hutangnya sehingga mengaibatkan turunnya rasio. Dengan pelunasan ini, hutang KIAS menjadi sangat rendah yang kedepannya seharusnya berdampak pada kenaikan laba bersih. Hal ini didukung dengan rasio beban opex KIAS yang paling rendah dbandingkan pesaingnya. Menurut penulis, dengan promosi yang gencar serta efisiensi biaya produksi dapat berdampak positif pada KIAS. Perusahaan ini cukup berpotensi untuk menjadi penantang ARNA dimasa mendatang.

Disclaimer On.