Rabu, 23 Januari 2013

Identifikasi Risiko Bisnis MASA (Multistrada Arah Sarana Tbk.)

Risiko merupakan bagian tak terpisahkan dalam kegiatan operasional perusahaan yang berpengaruh pada kinerja dan revenue. Berikut ini beberapa risiko MASA (Multistrada Arah Sarana Tbk.) sebagai salah satu produsen ban asli dari Indonesia.

Identifikasi Risiko Bisnis MASA (Multistrada Arah Sarana Tbk.)
  1. Risiko bahan baku. Bahan baku merupakan biaya terbesar meliputi karet alam, karet sintetis, carbon black dan berbagai bahan kimia dari turunan minyak mentah. Biaya bahan baku sangat dipengaruhi fluktuasi harga minyak bumi mentah dan karet alam yang berpengaruh pada pendapatan perseroan.Untuk meminimalisir risiko ini, perseroan menerapkan strategi membeli bahan baku untuk jangka panjang dan memperluas jaringan pemasok. Untuk jangka panjang terkait ketersediaan bahan baku perseroan mengelola perkebunan karet sendiri. Perkebunan karet dikelola MASA melalui anak perusahaannya  PT Multistrada Agro Internasional. Perusahaan memiliki lahan konsesi IUPHHK-HTI seluas 33.800 hektar. Untuk pengembangan, perseroan telah mengalokasikan biaya investasi awal senilai 26 persen dari hasil right issue awal tahun 2012 sekitar Rp400 miliar. Perkebunan karet tersebut mulai ditanami pada 2012 dan mulai menghasilkan pada 2017. Strategi tersebut dimaksudkan untuk merealisasikan integrasi bisnis hulu dan hilir.
  2. Risiko perubahan kurs valuta asing. Pinjaman jangka panjang perseroan dalam dalam mata uang US$. Setiap pelemahan nilai tukar rupiah terhadap US$, maka jumlah pelunasan hutang dan beban bunga menjadi semakin besar. Di pihak lain, pada periode sebelumnya 75% penjualan perseroan berasal dari ekspor dalam mata uang US$. Kedua hal ini mengakibatkan perseroan secara tidak langsung telah menerapkan perlindungan tehadap risiko perubahan nilai valuta asing (hedging). Pelamahan nilai tukar Rupiah terhadap US$  berdampak signifikan terhadap beban biaya bunga. Utang MASA sampai September 2012 sekitar US$ 180 juta.
  3. Risiko persaingan usaha. Dengan adanya berbagai macam merek dan produsen ban di pasaran, maka persaingan uaha menjadi semakin ketat. Faktor yang harus dijaga meliputi harga, kualitas produk dan brand awareness. Strategi yang telah dilakukan yaitu berpromosi melalui penyelenggaraan kompetisi drift sampai menjadi mitra sponsor dengan klub sepak bola terkemuka Manchested United. Faktor lain yang perlu dipertimbangankan yaitu masuknya produsen ban internasional mulai fokus mengembangkan basis produksi di Indonesia baik untuk memenuhi pasar domestik maupun regional. Sebut saja Hankook Korea yang menambahkan investasinya di Indonesia sampai dengan tahun 2018 sampai dengan US$ 1,1 miliar. Selain itu, Pirelli Tyre SpA, Italia telah meninvestasikan dana sebesar US$ 120 juta bekerja sama dengan Astra Otoparts (AUTO).
  4. Risiko regulasi pemerintah. Kebijakan pemerintah terkait  ekspor, impor bahan baku atau barang jadi bepengaruh pada bisnis produsen ban secara umu. Sebagian komponen bahan baku merupakan impor dan penjualan bentuk ekspor, regulasi yang memberatkan impor dan ekspor dapat berpengaruh pada MASA seperti misalnya naiknya pajak dan sebagainya. Indonesia sebagai produsen karet terbesar dunia menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen ban internasional untuk membangun basis produksi di Indonesia yang terlebih lagi dipicu oleh adanya pembatasan ekspor komoditas oleh pemerintah.
Dengan memahami risiko bisnis diatas, tentunya kita dapat melakukan proyeksi revenue MASA di masa mendatang sebagai dasar kita melakukan valuasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar